Senin, 27 September 2010

Tata Cara Pernikahan Adat Lampung

SEBELUM PERNIKAHAN

a. Nindai/Nyubuk

Merupakan proses awal, dimana orangtua calon mempelai pria menilai apakah si gadis berkenan dihati atau tidak. Salah satu upacara adat yang diadakan pada saat Begawi (Cakak Pepadun) adalah Cangget Pilangan, dimana bujang gadis hadir dengan mengenakan pakaian adat, disinilah utusan keluarga calon pengantin pria nyubuk atau nindai gadis dibalai adat.

b. Nunang (ngelamar)

Pada hari yang di tentukan calon pengantin pria datang melamar dengan membawa bawaan berupa makanan, kue-kue, dodol, alat meroko, alat-alat nyireh ugay cambai (sirih pinang), yang jumlahnya disesuaikan dengan tahta atau kedudukan calon pengantin pria. Lalu dikemukakanlah maksud dan tujuan kedatangan yaitu untuk meminang si gadis.

c. Nyirok (ngikat)

Bisa digabungkan pada saat melamar. Ini merupakan peluang bagi calon pengantin pria untuk memberi tanda pengikat dan hadiah bagi si gadis berupa mas berlian, kain jung sarat dan sebagainya. Tata cara nyirok : Orang tua calon pngantin pria mengikat pinggang si gadis dengan benang lutan (benang dari kapas warna putih, merah, hitam atau tridatu) sepanjang 1 meter dengan niat semoga menjadi jodoh, dijauhi dari halangan.

d. Berunding (Menjeu)

Utusan pengantin pria datang ke rumah calon mempelai wanita (manjau) dengan membawa dudul cumbi untuk membicarakan uang jujur, mas kawin, adat macam apa yang akan dilaksanakan, serta menentukan tempat acara akad nikah.

e. Sesimburan (dimandikan)

Sesimburan dilaksanakan di kali atau sumur dengan arak-arakan. Calon pengantin wanita dipayunngi dengan payung gober, diiringi tetabuhan (gender, gujih dll), talo lunik. Lalu bersama gadis-gadis dan ibu-ibu mandi bersama dan saling simbur, sebagai tanda permainan berakhir dan sebagai tolak bala karena akan melaksanakan akad nikah.

f. Betanges (mandi uap)

Rempah-rempah wewangian (pepun) direbus sampai mendidih dan diletakan dibawah kursi. Calon pengantin wanita duduk di atas kursi tersebut dan dilingkari tikar pandan (dikurung), bagian atas tikar ditutup dengan tampah atau kain, sehingga uap menyebar keseluruh tubuh, agar tubuh mengeluarkan aroma harum, dan agar calon pengantin tidak terlalu banyak berkeringat. Betanges memakan waktu kira-kira 15-25 menit.

g. Berparas (meucukur)

Setelah betanges dilanjutkan dengan berparas, untuk menghilangkan bulu-bulu halus dan membentuk alis agar tampak menarik dan mudah membentuk cintok pada dahi dan pelipis, dan pada malam hari dilanjutkan memasang pacar pada kuku calon mempelai wanita.

PADA HARI PERNIKAHAN

a. Upacara Adat

Beberapa jenis upacara adat dan tata laksana ibal serbo sesuai perundingan akan dilaksanakan dengan cara tertentu. Ditempat keluarga gadis dilaksanakan 3 acara pokok dalam 2 malam, yaitu Maro Nanggep, Cangget pilangan dan Temu di pecah aji.

b. Upacara akad nikah atau ijab kabul

Menurut tradisi lampung, biasanya pernikahan dilaksanakan di rumah calon mempelai pria, namun dengan perkembangan zaman dan kesepakatan, maka akad nikah sudah sering diadakan di rumah calon mempelai wanita.

Rombongan calon mempelai pria diatur sebagai berikut :
- Barisan paling depan adalah perwatin adat dan pembarep (juru bicara)
- Rombongan calon mempelai pria diterima oleh rombongan calon mempelai wanita dengan barisan paling depan pembarep pihak calon mempelai wanita.
- Rombongan calon pengantin pria dan calon pengantin wanita disekat atau dihalangi dengan Appeng (rintangan kain sabage/cindai yang harus dilalui).
setelah tercapai kesepakatan, maka juru bicara pihak calon pengantin pria menebas atau memotong Appeng dengan alat terapang. Baru rombongan calon pengantin pria dipersilahkan masuk dengan membawa seserahan berupa : dodol, urai cambai (sirih pinang), juadah balak (lapis legit), kue kering, dan uang adat. Kemudian calon pengantin pria dibawa ke tempat pelaksanaan akad nikah, didudukan di kasur usut. Selesai akad nikah, selain sungkem (sujud netang sabuk) kepada orangtua, kedua mempelai juga melakukan sembah sujud kepada para tetua yang hadir.

SESUDAH PERNIKAHAN

a. Upacara Ngurukken Majeu/Ngekuruk

Mempelai wanita dibawa ke rumah mempelai pria dengan menaiki rato, sejenis kereta roda empat dan jepanon atau tandu. Pengantin pria memegang tombak bersama pengantin wanita dibelakangnya. Bagian ujung mata tombak dipegang pengantin pria, digantungi kelapa tumbuh dan kendi berkepala dua, dan ujung tombak bagian belakang digantungi labayan putih atau tukal dipegang oleh pengantin wanita, yang disebut seluluyan. Kelapa tumbuh bermakna panjang umur dan beranak pinak, kendi bermakna keduanya hendaknya dingin hati dan setia dunia sampai akhirat, dan lebayan atau benang setungkal bermakna membangun rumah tangga yang sakinah dan mawadah. pengantin berjalan perlahan diiringi musik tradisional talo balak, dengan tema sanak mewang diejan.

b. Tabuhan Talo Balak

Sesampai di rumah pengantin pria, mereka disambut tabuhan talo balak irama girang-girang dan tembakan meriam, serta orangtua dan keluarga dekat mempelai pria, sementara itu, seorang ibu akan menaburkan beras kunyit campur uang logam.
Berikutnya pengantin wanita mencelupkan kedua kaki kedalam pasu, yakni wadah dari tanah liat beralas talam kuningan, berisi air dan anak pisang batu, kembang titew, daun sosor bebek dan kembang tujuh rupa, pelambang keselamapan, dingin hati dan berhasil dalam rumah tangga. Lalu dibimbing oleh mertua perempuan, pengantin wanita bersama pengantin pria naik ke rumah, didudukan diatas kasur usut yang digelar didepan appai pareppu atau kebik temen, yaitu kamat tidur utama. Kedua mempelai duduk bersila dengan posisi lutut kiri mempelai pria menindih lutut mempelai wanita. Maknanya agar kelak mempelai wanita patuh pada suaminya. Selanjutnya siger mempelai wanita diganti dengan kanduk tiling atau manduaro (selendang dililit di kepala),dan dimulailah serangkaian prosesi:
1. ibu mempelai pria menyuapi kedua mempelai , dilanjutkan nenek serta tante.
2. Lalu ibu mempelai wanita menyuapi kedua mempelai, diikuti sesepuh lain.
3. Kedua mempelai makan sirih dan bertukar sepah antara mereka.
4. istri kepala adat memberi gelar kepada kedua mempelai, menekan telunjuk tangan kiri diatas dahi kedua mempelai secara bergantian, sambil berkata : sai(1), wow (2), tigou(3), pak(4), limau(5), nem(6), pitew(7), adekmu untuk mempelai pria Ratu Bangsawan, untuk mempelai wanita adekmu Ratu Rujungan.
5. Netang sabik yaitu mempelai pria membuka rantai yang dipakai mempelai wanita sambil berkata : “Nyak natangken bunga mudik, setitik luh mu temban jadi cahyo begito bagiku”, lalu dipasangkan di leher adik perempuannya, dengan maksud agar segera mendapat jodoh.
6. Kedua mempelai menaburkan kacang goreng dan permen gula-gula kepada gadis-gadis yang hadir, agar mereka segera mendapat jodoh.
7. Seluruh anak kecil yang hadir diperintahkan merebut ayam panggang dan lauk pauk lain sisa kedua mempelai, dengan makna agar segera mendapat keturunan.

(sumber : Buku adat istiadat, tata busana dan rias pengantin lampung pepaduan oleh Kartini Bachtiar, S,Pd)
(sumber : majalah mahligai edisi ke-8 2010)

Selasa, 21 September 2010

Tata Cara Pernikahan Adat Palembang




Setiap acara upara pernikahan pasti melalui beberapa tahapan yang harus dilaksankan mulai sebelum acara sampai selesai. Begitu pula proses upacara pernikahan adat Palembang meliputi beberapa tata cara atau tahapan yang harus dilakukan sebelum maupun sesudah akad nikah dilaksanakan.



Adapun tata cara atau tahapan sebelum akad maupun resepsi pernikahan dilangsungkan ialah:

1. Milih Calon
Pada tahapan ini, si anak akan mengajukan calon yang akan ia nikahi. Dengan kata lain, anak dapat memberikan calon-calon yang ia kehendaki beserta identitas calon tersebut baik dari silsilah keluarga maupun yang lainnya.
Akan tetapi, apabila si anak belum bisa mengajukan calon yang ia kehendaki untuk dinikahi maka orang tua yang akan mengambil alih dengan mengirimkan delegasi atau orang yang dapat dipercayai serta memiliki pengalaman dalam hal ini.

2. Madik

Tahapan berikutnya adalah madik. Istilah madik itu sendiri berasal dari bahasa Jawa Kawi yang berarti mendekat atau pendekatan atau penyelidikan. Jelasnya madik adalah proses penyelidikan calon (gadis) yang akan dinikahi si anak (bujang). Tujuan dari prosesi ini adalah agar si orang tua anak dapat mengetahui secara jelas siapa calon yang akan dinikahi anaknya nanti, baik itu dari silsilah maupun pengetahuan apakah si gadis sudah dipinang orang lain dan sebagainya.

3. Menyengguk
Setelah delegasi yang dikirim oleh orang tua si anak menyampaikan hasil penyelidikannya kepada si gadis, maka berikutnya dilakukan tahapan menyengguk, dimana kata menyengguk itu sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya “Memasang Pagar”. Maksudnya, agar si gadis yang diinginkan untuk dinikahi oleh si anak tidak diganggu serta diambil oleh bujang yang lain.
Tahapan ini dilakukan dengan diawali orang tua anak mengirimkan delegasi kembali kepada keluarga si gadis untuk menanyakan beberapa pertanyaan dengan tidak lupa membawa tenong. Di antara pertanyaan tersebut yaitu:
a) “Apa kiranya anak gadis ibu di sini sudah dipinang orang atau belum dipinang?’ apabila jawaban si ibu belum, maka pertanyaan berikutnya adalah:
b) “Maukah ibu menerima, kalau sekiranya ada orang yang akan datang meminang anak gadis ibu?”


4. Ngebet
Apabila proses menyengguk berhasil, maka tiga hari kemudian aka dilakukan tahapan selanjutnya yaitu ngebet atau dengan istilah sekarang ngelamar. Tahapan ini ditandai dengan diutus kembali delegasi dari keluarga si anak kepada keluarga si gadis untuk mengikat antara bujang dan gadis tersebut, dalam istilah orang Palembang disebut “Nemuke Kato”. Dan utusan kali ini akan membawa gegawan dan tiga tenong yang akan diberikan kepada keluarga si gadis. Khusus kain, bahan busana ataupun barang berharga seperti cincin atau gelang akan diberikan kepada si gadis.

5. Berasan
Proses berasan ini akan dilaksanakan apabila keluarga si anak telah menyepakati atau telah menyetujui si gadis untuk menjadi menantunya atas informasi yang telah disampaikan oleh para delegasi tadi. Kata berasan ini berasal dari bahasa Melayu yang artinya bermusyawarah, maksudnya bermusyawarah untuk menyatukan dua keluarga menjadi satu keluarga.
Di dalam proses berasan ini si gadis akan diperkenalkan kepada keluarga si anak sehingga tak jarang sering terdengar pantun atau kata basa-basi di dalamnya. Selain itu, akan diputuskan beberapa hal yang berkaitan dengan persyaratan perkawinan baik dari segi adat maupun agama Islam.

6. Mutuske Kato
Tahapan Mutuske Kato ini akan dilaksanakan tatkala proses berasan telah disepakati dari kedua belah pihak atau keluarga. Dalam tahapan ini akan diputuskan atau disepakati beberapa hal yang berkaitan dengan: Ngantarke Belanjo, Hari Pernikahan, Munggah, Nyemputi dan Nganter Penganten, Ngalie Turon, Becacap atau Mandi Simburan dan Beratib. Setelah semuanya telah disepakati maka tahapan ini ditutup dengan do’a kemudian acara sujud si gadis (calon pengantin wanita) kepada calon mertuanya dengan ditandai pemberian emas kepada calon pengantin wanita sebagai tanda kasih calon mertuanya.

7. Nganterke Belanjo
Istilah Nganterke Belanjo ini dapat diartikan sebagai tahapan membeli hal-hal yang diperlukan pada waktu proses pernikahan dilaksanakan. Biasanya proses ini dilakukan oleh kaum Hawa setengah bulan atau beberapa hari sebelum hari Munggah.

Adapun tahapan yang dilakukan semenjak prosesi akad nikah sampai acara nganter penganten adalah:

1. Upacara Akad Nikah
Acara ini dilaksanakan di rumah pengantin pria. Dan menurut tradisi apabila acara akad nikah dilakukan sebelum munggah maka keluarga atau utusan dari pihak gadis terlebih dahulu memberikan keris ke kediaman pihak bujang.

2. Ngocek Bawang
Acara ini dibagi menjadi dua: Ngocek bawang kecil yang dilakukan dua hari sebelum hari munggah serta Ngocek bawang besak yang dilakukan sehari sebelum hari munggah

3. Munggah
Acara ini merupakan puncak dari prosesi pernikahan adat Palembang. Sebelum acara ini dimulai dibentuklah panitia yang akan berangkat ke rumah mempelai gadis, panitia tersebut yaitu: Pertama, kumpulan rudat dan kuntau. Kedua, pengantin pria diapit kedua orang tua, dua orang pembawa tombak, seorang pembawa payung pengantin, seorang juru bicara, pembawa bunga langsih dan pembawa ponjen adat serta pembawa hiasan adat dan gegawan.

4. Nyanjoi
Acara ini dilakukan tepat pada malam setelah hari munggah. Dan acara ini biasanya dibagi menjadi dua sesi yaitu malam pertama bagi muda-mudi dan malam keduanya bagi orang tua.

5. Nyemputi
Setelah acara nyanjoi selesai, maka rombongan dari pihak penganten pria siap menjemput penganten wanita untuk di bawa ke tempat mereka.

6. Nganter Penganten
Setelah mengunjungi tempat penganten pria maka penganten wanita dibawa kembali ke tempatnya dan pada saat itu diadakan acara mandi simburan yang ditujukan untuk menyambut malam perkenalan antara penganten pria dengan penganten wanita.

Kebutuhan Yang Diperlukan

Selain biaya yang sudah tentu dibutuhkan dalam prosesi pernikahan. Ada beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi terutama oeh pihak pria, dikarenakan tatkala tahapan sebelum pernikahan pihak pria banyak disibukkan dengan keperluan-keperluan tersebut yang mesti dipenuhi. Walaupun dalam tahapan pelaksanaan pernikahan pihak wanita lebih dominan.
Di antara kebutuhan yang diperlukan oleh pihak pria sebelum pelaksanaan prosesi pernikahan adalah: Utusan atau delegasi yang tugasnya dimulai dari mencari, menyelidiki sampai acara ngebet atau ngelamar.
Kemudian kebutuhan lain yang diperlukan oleh pihak wanita tatkala proses pernikahan dan pasca-nya adalah: Bertangas, bebedak, berpacar (berinai).